Taman Rekreasi Wiladatika Cibubur merupakan tempat wisata yang berlokasi di cimanggis, Depok jawa barat. Di sini terdapat Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pramuka Nasional (Pusdiklatmas), aula resepsi yang biasa digunakan untuk acara resepsi pernikahan, dan halaman hijau yang biasa di gunakan para pengunjung untuk piknik bersama keluarga, ketika acara besar keluarga biasa digunakan untuk berkemah.
Sejarah
Taman Rekreasi ini di resmikan oleh presiden soeharto pada tahun 1980 tepatnya pada tanggal 29 Juni. Di bukanya taman ini untuk umun, bertujuan untuk mengumpulkan dana yang akan di gunakan sebagai pendanaan kegiatan pramuka].
Lokasi
Taman rekreasi ini berlokasi di Jalan Jambore nomor 1, Harjamukti, Cimanggis, RT.8, Kota Depok, Jawa Barat 13720. Ia memiliki posisi koordinat GPS 6°22’16”S 106°53’31”E dan terletak dekat dengan cibubur juctiuon.
Kegiatan
Tanggal 14 Agustus 2016 diadakan acara Jambore Nasional (JamNas) ke-10 di Taman Rekreasi Wiladatika Cibubur. Pembukaan acara dibuka oleh presiden Joko widodo selaku ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerak Pramuka. Acara ini dilaksanakan selama tujuh hari. Acara ini juga diikuti oleh peserta dari seluruh provinsi di indonesia dengan total peserta sekitar 25.000 anggota Gerak Pramuka. Beberapa judul sinetron seperti Tuyul dan mba yul, Tuyul dan mba yul reborn, Tikus dan kucing, hingga Orang ketiga tercatat pernah melakukan proses syuting di sini.
Kebun Raya Bogor atau Kebun Botani Bogor adalah sebuah kebun botani besar yang terletak di Kota bogor, Luasnya mencapai 87 hektar dan memiliki 15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan.Saat ini Kebun Raya Bogor ramai dikunjungi sebagai tempat wisata, terutama hari Sabtu dan Minggu. Tiket masuknya Rp 15.000. Di sekitar Kebun Raya Bogor tersebar pusat-pusat keilmuan yaitu Herbarium Bogoriense, Museum Zoologi Bogor, dan PUSTAKA.
Sejarah
Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan bagian dari ‘samida’ (hutan buatan atau taman buatan) yang setidaknya telah ada pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) dari Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih benih kayu yang langka. Di samping samida itu dibuat pula samida yang serupa di perbatasan Cianjur dengan Bogor (Hutan Ciung Wanara). Hutan ini kemudian dibiarkan setelah Kerajaan Sunda takluk dari Kesultanan Banten, hingga Gubernur Jenderal van der Capellen membangun rumah peristirahatan di salah satu sudutnya pada pertengahan abad ke-18.Pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya sekarang.
Pada tahun 1814 Olivia Raffles (istri dari Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles) meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan di Batavia. Sebagai pengabadian, monumen untuknya didirikan di Kebun Raya Bogor.Ide pendirian Kebun Raya bermula dari seorang ahli biologi yaitu Abner yang menulis surat kepada Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen. Dalam surat itu terungkap keinginannya untuk meminta sebidang tanah yang akan dijadikan kebun tumbuhan yang berguna, tempat pendidikan guru, dan koleksi tumbuhan bagi pengembangan kebun-kebun yang lain.
Monumen Olivia Raffles
Prof. Caspar Georg Karl Reinwardt adalah seseorang berkebangsaan Jerman yang berpindah ke Belanda dan menjadi ilmuwan botani dan kimia. Ia lalu diangkat menjadi menteri bidang pertanian, seni, dan ilmu pengetahuan di Jawa dan sekitarnya. Ia tertarik menyelidiki berbagai tanaman yang digunakan untuk pengobatan. Ia memutuskan untuk mengumpulkan semua tanaman ini di sebuah kebun botani di Kota Bogor, yang saat itu disebut Buitenzorg (dari bahasa Belanda yang berarti “tidak perlu khawatir”). Reinwardt juga menjadi perintis di bidang pembuatan herbarium. Ia kemudian dikenal sebagai seorang pendiri Herbarium Bogoriense.Pada tahun 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen secara resmi mendirikan Kebun Raya Bogor dengan nama ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg. Pendiriannya diawali dengan menancapkan ayunan cangkul pertama di bumi Pajajaran sebagai pertanda dibangunnya pembangunan kebun itu, yang pelaksanaannya dipimpin oleh Reinwardt sendiri, dibantu oleh James Hooper dan W. Kent (dari Kebun Botani Kew yang terkenal di Richmond, Inggris).Sekitar 47 hektaree tanah di sekitar Istana Bogor dan bekas samida dijadikan lahan pertama untuk kebun botani. Reinwardt menjadi pengarah pertamanya dari 1817 sampai 1822. Kesempatan ini digunakannya untuk mengumpulkan tanaman dan benih dari bagian lain Nusantara. Dengan segera Bogor menjadi pusat pengembangan pertanian dan hortikultura di Indonesia. Pada masa itu diperkirakan sekitar 900 tanaman hidup ditanam di kebun tersebut.Pada tahun 1822 Reinwardt kembali ke Belanda dan digantikan oleh Dr. Carl Ludwig Blume yang melakukan inventarisasi tanaman koleksi yang tumbuh di kebun. Ia juga menyusun katalog kebun yang pertama berhasil dicatat sebanyak 912 jenis (spesies) tanaman. Pelaksanaan pembangunan kebun ini pernah terhenti karena kekurangan dana tetapi kemudian dirintis lagi oleh Johannes Elias Teysmann (1831), seorang ahli kebun istana Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch. Dengan dibantu oleh Justus Karl Hasskarl, ia melakukan pengaturan penanaman tanaman koleksi dengan mengelompokkan menurut suku (familia).Teysmann kemudian digantikan oleh Dr. Rudolph Herman Christiaan Carel Scheffer pada tahun 1867 menjadi direktur, dan dilanjutkan kemudian oleh Prof. Dr. Melchior Treub.Pendirian Kebun Raya Bogor bisa dikatakan mengawali perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dari sini lahir beberapa institusi ilmu pengetahuan lain, seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842), Herbarium Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium Treub (1884), dan Museum dan Laboratorium Zoologi (1894).Pada tanggal 30 Mei 1868 Kebun Raya Bogor secara resmi terpisah pengurusannya dengan halaman Istana Bogor.Pada mulanya kebun ini hanya akan digunakan sebagai kebun percobaan bagi tanaman perkebunan yang akan diperkenalkan ke Hindia Belanda (kini Indonesia). Namun pada perkembangannya juga digunakan sebagai wadah penelitian ilmuwan pada zaman itu (1880 – 1905).Kebun Raya Bogor selalu mengalami perkembangan yang berarti di bawah kepemimpinan Dr. Carl Ludwig Blume (1822), JE. Teijsmann dan Dr. Hasskarl (zaman Gubernur Jenderal Van den Bosch), J. E. Teijsmann dan Simon Binnendijk, Dr. R.H.C.C. Scheffer (1867), Prof. Dr. Melchior Treub (1881), Dr. Jacob Christiaan Koningsberger (1904), Van den Hornett(1904), dan Prof. Ir. Koestono Setijowirjo (1949), yang merupakan orang Indonesia pertama yang menjabat suatu pimpin lembaga penelitian yang bertaraf internasional.Pada saat kepemimpinan tokoh-tokoh itu telah dilakukan kegiatan pembuatan katalog mengenai Kebun Raya Bogor, pencatatan lengkap tentang koleksi tumbuh-tumbuhan Cryptogamae, 25 spesies Gymnospermae, 51 spesies Monocotyledonae dan 2200 spesies Dicotyledonae, usaha pengenalan tanaman ekonomi penting di Indonesia, pengumpulan tanam-tanaman yang berguna bagi Indonesia (43 jenis, di antaranya vanili, kelapa sawit, kina, getah perca, tebu, ubi kayu, jagung dari Amerika, kayu besi dari Palembang dan Kalimantan), dan mengembangkan kelembagaan internal di Kebun Raya yaitu:
Herbarium
Museum
Laboratorium Botani
Kebun Percobaan
Laboratorium Kimia
Laboratorium Farmasi
Cabang Kebun Raya di Sibolangit, Deli Serdang dan di Purwodadi, Kabupaten Pasuruan
Perpustakaan Fotografi dan Tata Usaha
Pendirian Kantor Perikanan dan Akademi Biologi (cikal bakal IPB).
Kebun Raya Bogor sepanjang perjalanan sejarahnya mempunyai berbagai nama dan julukan, seperti
’s Lands Plantentuin
Syokubutzuer (zaman Pendudukan Jepang)
Botanical Garden of Buitenzorg
Botanical Garden of Indonesia
Kebun Gede
Kebun Jodoh
Direktur
1817-1822 : Caspar Georg Karl Reinwardt (1773-1854).
1823-1826 : Carl Ludwig Blume (1789-1862).
1830-1869 : Johannes Elias Teijsmann (1808-1882).
1869-1880 : Rudolph Herman Christiaan Carel Scheffer (1844-1880).
1880-1905 : Melchior Treub (1851-1910).
1905-1918 : Jacob Christiaan Koningsberger
1918-1932 : W.M. Docters van Leeuwen (1880-1960).
1932-1943 : Hermann Ernst Wolff von Wülfing (1891-1945).
1943-1945 : Nakai Takenoshin (1882-1952).
1948-1951 : Dirk Fok van Slooten (1891-1953).
1951-1959 : Kusnoto Setyodiwirjo
1959-1969 : Soedjana Kassan
1969-1981 : Didin Sastrapradja
1981-1983 : Made Sri Prana
1983-1987 : Usep Sutisna
1987-1990 : Sampurno Kadarsan
1990-1997 : Suhirman
1997-2002 : Dedi Darnaedi
2002-2008 : Irawati
2008-sekarang : Mustaid Siregar
Koleksi pohon dan tumbuhan
Salah satu daya tarik utama Kebun Raya Bogor adalah bunga bangkai (Amorphophalus titanum) karena saat-saat mendekati mekar akan mengeluarkan bau bangkai yang menyengat. Bunga ini dapat mencapai tinggi 2m dan merupakan bunga majemuk terbesar di dunia tumbuhan.
Pohon kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang masih hidup sampai sekarang.
Penanaman Bunga Bangkai
Peristiwa
Pada tanggal 19 Desember 1992, ditanamlah bunga bangkai jenis bunga bangkai Amorphophalus titanum Becc. (Araceae atau suku talas-talasan). Bunga ini berasal dari Muara Aimat – Jambi, dengan berat umbi 100 kg.
Pada tanggal 5 Februari 1994, muncul tunas bunga, kemudian pada tanggal 9 Maret 1994 tingginya telah mencapai 1 meter. Lima hari kemudian tinggi tanaman ini bertambah menjadi 1,5 meter. Karena tanaman ini termasuk langka, maka tanaman ini termasuk salah satu tanaman yang dilindungi dan dikembangbiakkan.
Raflesia Arnoldi (Bunga Bangkai)
Tugu Peringatan Reinwardt.
Pada 16 Mei 2006, memperingati 189 tahun Kebun Raya Bogor (KRB), Kedutaan Besar Jerman bersama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), meresmikan Tugu Peringatan Reinwardt di dalam kompleks kebun. Monumen sederhana di seberang kolam depan Istana Bogor tersebut diresmikan oleh Kepala LIPI Umar Anggara Jenie dan Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Joachim Broudré-Gröger.Peringatan ulang tahun ini juga dimeriahkan dengan acara “ASEAN-China Workshop Botanical Garden on Management and Plant Conservation”. Selain Cina, kegiatan ini diikuti oleh negara anggota ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Laos, Kamboja, Thailand, Myanmar, dan Vietnam. Lokakarya itu bertujuan untuk meningkatkan kerja sama di bidang perkebunan dan konservasi tumbuhan di kawasan ASEAN-Tiongkok.Puncak acara peringatan ulang tahun ditandai dengan penanaman bibit pohon oleh sepuluh Menteri Lingkungan Hidup ASEAN yang hadir dalam rangka acara “ASEAN Environmental Year” di Indonesia. Acara tersebut merupakan yang ketiga kalinya setelah yang pertama di Brunei Darussalam pada 2000 dan yang kedua di Kamboja pada 2003.
Tugu Peringatan Reinwardt
Rusak akibat badai
Pada 1 Juni 2006 sekitar pukul 20.00-20.30 WIB, sebanyak 124 pohon di Kebun Raya Bogor yang banyak di antaranya berusia di atas 100 tahun tumbang akibat angin kencang dan badai. Berkaitan dengan itu, kebun raya ditutup untuk umum minimal selama satu pekan guna pembenahan pohon-pohon tumbang tersebut.Kerusakan yang terjadi di Kebun Raya Bogor (KRB) sangat memprihatinkan. Kerusakan bukan hanya beberapa bidang pagar besi roboh tertimpa pohon, atau belasan pohon tumbang yang terlihat dari jalan raya yang mengitari KRB, tetapi juga kondisi di dalam KRB.Areal kebun dekat pintu coklat Istana Bogor, yang tidak terlihat dari jalan raya, porak-poranda. Pohon-pohon yang diameternya 50 sentimeter dan tingginya 30-50 meter roboh, rebah malang melintang di tanah dan jalan-jalan di dalam KRB. Di antaranya ada pohon yang diameter pangkalnya sampai satu meter lebih tumbang, tercerabut dengan akar-akarnya.Kerugian material KRB mencapai miliaran rupiah, sementara kerugian imaterial tidak dapat dihitung karena semua pohon koleksi dan usianya sudah sangat tua.
Korban
Pada 4 Juli 2005 Mediana Nurcahyani yang berumur 8 tahun tewas dan 11 kerabat lainnya luka-luka tertimpa batang randu (kapuk) ketika sedang berpiknik dan makan siang di bawah pohon dalam Kebun Raya tersebut.
Pembangunan dan pembongkaran landasan helikopter
Pada tanggal 20 November 2006 pemerintah Bogor menyambut kedatangan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush, yang akan mendarat menggunakan helikopter dengan membangun landasan helikopter pada daerah serapan air di kebun raya bogor. Landasan ini akhirnya tidak dipakai karena helikopter yang membawa Presiden AS mendarat di tempat lain. Daerah disekitar landasan juga dipasangi CCTV. Kini landasan helikopter ini telah dibongkar karena tidak sesuai dengan lanskap Kebun Raya Bogor.
Kunjungan Barack Obama
Pada 30 Juni 2017, mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengunjungi Kebun Raya Bogor (KRB), sebagai bagian dari rangkaian acara kunjungan Obama ke Indonesia. Presiden Joko Widodo (Jokowi) awalnya menerima kedatangan Obama di Istana Kepresidenan Bogor. Tak lama kemudian, Jokowi mengajak Obama bercengkerama sambil menikmati berbagai makanan ringan di Grand Garden Cafe (GGF) di kawasan KRB.Makanan yang disuguhkan pada Obama di antaranya onde-onde, kue talam ubi, kue mangkok, panada, lemper ayam, dan bakso kuah Tak disebutkan isi perbincangan antara Obama dan Jokowi di KRB. Namun dalam kunjungan kali ini memang tak ada agenda khusus. Karena pertemuan tersebut merupakan kunjungan persahabatan. Terlebih kapasitas Obama saat itu yang sudah tidak lagi menjabat sebagai kepala negara GGF adalah lokasi terakhir pertemuan Obama dan Jokowi hari itu. Dari titik tersebut, Obama berpisah dengan Jokowi untuk kembali ke Jakarta.
KUNJUNGAN
Pada hari Minggu dan hari libur, Kebun Raya Bogor sangat ramai dengan pengunjung.
Daftar Tarif Kebun Raya Bogor :
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 106 Tahun 2012, Tanggal 24 Desember 2012, mulai 1 Maret 2013 berlaku tarif masuk bagi pengunjung Kebun Raya Bogor sebagai berikut :
* Tiket Masuk Rp. 14.000,- / orang.
* Tiket Khusus Wisatawan Asing Rp. 25.000,- / orang.
* Kendaraan Keliling Roda 4 Rp. 30.000,-.
* Parkir Kendaraan Roda 2 Rp. 5.000,-.
* Tiket Sepeda Keliling Rp. 5.000,-
Tiket masuk sudah termasuk Asuransi Jasa Raharja Distribusi Pemkot dan Masuk Museum Zoologi.
Pada Hari Minggu dan Hari Libur semua jenis kendaraan dilarang masuk.
Istana Bogor merupakan salah satu dari enam Istana Presiden Republik Indonesia yang mempunyai keunikan tersendiri dikarenakan aspek historis, kebudayaan, dan faunanya. Salah satunya adalah keberadaan rusa-rusa yang didatangkan langsung dari Nepal dan tetap terjaga dari dulu sampai sekarang.Saat ini sudah menjadi trend warga Bogor dan sekitarnya setiap hari Sabtu, Minggu, dan hari libur lainnya berjalan-jalan di seputaran Istana Bogor sambil memberi makan rusa-rusa indah yang hidup di halaman Istana Bogor dengan wortel yang diperoleh dari petani-petani tradisional warga Bogor yang selalu siap sedia menjajakan wortel-wortel tersebut setiap hari libur. Seperti namanya, istana ini terletak di Bogor, Jawa Barat.Sekarang Istana Bogor digunakan sebagai tempat kediaman Presiden Joko Widodo sekaligus digunakan untuk menyambut tamu dari negara lain. Namun khalayak umum diperbolehkan mengunjungi secara rombongan, dengan sebelumnya meminta izin ke Sekretaris Negara, c.q. Kepala Rumah Tangga Kepresidenan.
Sejarah
Istana Bogor berada di kota Bogor yang pada era kolonial bernama Buitenzorg atau Sans Souci yang berarti “tanpa kekhawatiran”.
Sejak tahun 1870 hingga 1942, Istana Bogor merupakan tempat kediaman resmi dari 38 Gubernur Jenderal Belanda dan satu orang Gubernur Jenderal Inggris.Pada tahun 1744 Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff terkesima akan kedamaian sebuah kampung kecil di Bogor (Kampung Baru), sebuah wilayah bekas Kerajaan Pajajaran yang terletak di hulu Batavia. Van Imhoff mempunyai rencana membangun wilayah tersebut sebagai daerah pertanian dan tempat peristirahatan bagi Gubernur Jenderal.Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus 1744 dan berbentuk tingkat tiga, pada awalnya merupakan sebuah rumah peristirahatan, ia sendiri yang membuat sketsa dan membangunnya dari tahun 1745-1750, mencontoh arsitektur Blehheim Palace, kediaman Duke Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Berangsur angsur, seiring dengan waktu perubahan-perubahan kepada bangunan awal dilakukan selama masa Gubernur Jenderal Belanda maupun Inggris (Herman Willem Daendels dan Sir Stamford Raffles), bentuk bangunan Istana Bogor telah mengalami berbagai perubahan. sehingga yang tadinya merupakan rumah peristirahatan berubah menjadi bangunan istana paladian dengan luas halamannya mencapai 28,4 hektare dan luas bangunan 14.892 m².Namun, musibah datang pada tanggal 10 Oktober 1834 gempa bumi mengguncang akibat meletusnya Gunung Salak sehingga istana tersebut rusak berat.
Pada tahun 1850, Istana Bogor dibangun kembali, tetapi tidak bertingkat lagi karena disesuaikan dengan situasi daerah yang sering gempa itu. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus Jacob Duijmayer van Twist (1851-1856) bangunan lama sisa gempa itu dirobohkan dan dibangun dengan mengambil arsitektur Eropa abad ke-19.Pada tahun 1870, Istana Buitenzorg dijadikan tempat kediaman resmi dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Penghuni terakhir Istana Buitenzorg itu adalah Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg Stachourwer yang terpaksa harus menyerahkan istana ini kepada Jenderal Imamura, pemeritah pendudukan Jepang.Pada tahun 1950, setelah masa kemerdekaan, Istana Kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia, dan resmi menjadi salah satu dari Istana Presiden Indonesia.Pada tahun 1968 Istana Bogor resmi dibuka untuk kunjungan umum atas restu dari Presiden Soeharto. Arus pengunjung dari luar dan dalam negeri setahunnya mencapai sekitar 10 ribu orang.Pada 15 November 1994, Istana Bogor menjadi tempat pertemuan tahunan menteri ekonomi APEC (Asia-Pasific Economy Cooperation), dan di sana diterbitkanlah Deklarasi Bogor.Deklarasi ini merupakan komitmen 18 negara anggota APEC untuk mengadakan perdangangan bebas dan investasi sebelum tahun 2020.Pada 16 Agustus 2002, pada masa pemerintahan Presiden Megawati, diadakan acara “Semarak Kemerdekaan” untuk memperingati HUT RI yang ke-57, dan dimeriahkan dengan tampilnya Twilite Orchestra dengan konduktor Addie MSPada 9 Juli 2005 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melangsungkan pernikahan anaknya, Agus Yudhoyono dengan Anisa Pohan di Istana Bogor.zeronPada 20 November 2006 Presiden Amerika Serikat George W. Bush melangsungkan kunjungan kenegaraan ke Istana Bogor dan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kunjungan singkat ini berlangsung selama enam jam.
Bangunan dan ruangan di Istana Bogor
Sebelumnya Istana Bogor dilengkapi dengan sebuah kebun besar, yang dikenal sebagai Kebun Raya Bogor namun sesuai dengan kebutuhan akan pusat pengembangan ilmu pengetahuan akan tanaman tropis, Kebun Raya Bogor dilepas dari naungan istana pada tahun 1817.Istana Bogor mempunyai bangunan induk dengan sayap kiri serta kanan. Keseluruhan kompleks istana mencapai luas 1,5 hektare.Bangunan induk Istana Bogor terdiri dari:
Bangunan induk istana berfungsi untuk menyelenggarakan acara kenegaraan resmi, pertemuan, dan upacara.
Sayap kiri bangunan yang memiliki enam kamar tidur digunakan untuk menjamu tamu negara asing.
Sayap kanan bangunan dengan empat kamar tidur hanya diperuntukan bagi kepala negara yang datang berkunjung.
Pada tahun 1964 dibangun khusus bangunan yang dikenal dengan nama Dyah Bayurini sebagai ruang peristirahatan presiden dan keluarganya, bangunan ini termasuk lima paviliun terpisah.
Kantor pribadi Kepala Negara
Perpustakaan yang dilengkapi dengan buku
Ruang makan
Ruang sidang menteri-menteri dan ruang pemutaran film
Ruang Garuda sebagai tempat upacara resmi
Ruang teratai sebagai sayap tempat penerimaan tamu-tamu negara.
Kaca Seribu
Kantor pribadi Kepala Negara dengan lukisan abad ke-19 “The Russian Wedding” oleh Makowski.
Ruang Baca Presiden
Karya seni di Istana Bogor
Banyak barang asli turun temurun yang berada di Istana Bogor rusak, hancur, atau hilang pada masa Perang Dunia II. Karena itu, seluruh karya seni dan perabotan klasik yang berada di Istana Bogor bermula dari awal tahun 1950.Koleksi-koleksi karya seni dan dekorasi internasional banyak berasal dari hadiah negara-negara asing, yang memberikan aksen mewah di Istana Bogor. Salah satunya adalah tempat penyangga lilin cristal bergaya Bohemian dan karpet langka dari Persia yang melapisi lantai ruang utama di Istana Bogor.Koleksi istana meliputi:
450 lukisan, di antaranya adalah; karya pelukis Indonesia Basuki Abdullah, pelukis Rusia Makowski, dan Ernest Dezentjé
360 patung
Susunan lantai keramik mewah yang tersebar di istana. Salah satu dari koleksi keramik yang paling mengesankan, berasal dari Rusia, sumbangan dari Perdana Menteri Khrushchev pada tahun 1960.
Hadiah hadiah kenegaraan, di antaranya adalah tengkorak harimau berlapis perak, hadiah dari Perdana Menteri Thanom Kittikachorn dari Thailand pada tahun 1958
Tempat Penyangga lilin cristal bergaya Bohemian dan karpet langka dari Persia
Marmer didatangkan langsung dari Italia
Lampu kristal dari Cekoslovakia
Semua perabotan kayu dari Jepara.
Tengkorak harimau dari Thailand
Karya seni dari Swedia dikenal sebagai “Tangan Tuhan”
Patung perunggu “Hercules” oleh pemahat asal Polandia
Patung Pegassus dari Swedia terlihat terbang di antara pohon berumur ratusan tahun di halaman Istana Bogor
Hotel Salak The Heritage Bogor
Pada tahun 1856 berbarengan dengan dibangunnya kembali Istana Bogor, pemerintah Belanda membangun sebuah Hotel yang dibangun sebagai rumah kediaman tamu di Istana Bogor.Hotel ini dulunya dikenal dengan Binnenhof Hotel atau Bellevue Hotel, setelah Indonesia merdeka Hotel ini kemudian diserahkan ke pemerintah Indonesia dan diberi nama Hotel Salak The Heritage Bogor yang mengambil nama dari Gunung Salak sebagai gunung terbesar di Bogor.Hotel Salak The Heritage Bogor saat ini telah kelola secara professional, seperti hotel hotel pada umumnya dengan fasilitas 120 kamar, 12 ruang rapat, 3 restoran, Kinanty Music Café, kolam renang, dan fasilitas lainnya. Hotel Salak The Heritage tetap dijaga kelestariannya oleh pemerintah sebagai salah satu saksi sejarah pendukung keberadaan Istana Bogor khususnya dan sejarah panjang Kota Bogor umumnya.
Pulau Samosir di Sumatera Utara adalah pulau yang sangat unik karena merupakan pulau vulkanik yang berada di tengah Danau Toba. Ketinggiannya 1.000 meter di atas permukaan laut. Inilah yang membuat pulau ini menjadi perhatian turis domestik maupun asing. Menuju Pulau Samosir bisa dilakukan pagi hari dengan membeli tiket feri seharga Rp 10.000 per orang. Dan, sambil menunggu keberangkatan kapal, kita bisa hunting foto di sekitar danau, mengabadikan keindahan dan luasnya Danau Toba. Selain sebagai tempat wisata, ternyata danau ini menjadi tumpuan hidup masyarakat sekitarnya. Mereka menggunakan air Danau Toba sebagai mata air utama dalam kehidupan sehari-hari. Ada dua tipe feri yang melayani rute ke Pulau Samosir, yaitu feri yang mengangkut penumpang saja dan feri yang mengangkut kendaraan roda empat.
Jika menggunakan mobil, Anda akan menumpang feri jenis kedua (yang mengangkut kendaraan beroda empat). Selama menyeberang, kita akan disuguhi pemandangan alam danau yang indah, langit biru, dan udara yang sejuk. Cuaca Danau Toba bahkan bisa menghipnotis pengunjung sehingga betah berlama-lama di sini. Mobil adalah alat transportasi yang sangat penting bagi keluarga yang ingin berkeliling pulau. Di Samosir memang tidak ada angkutan umum. Anda harus menyewa kendaraan berupa sepeda atau sepeda motor jika ingin berjalan-jalan. Ongkos sewa motor antara Rp 70.000 hingga Rp 80.000 per hari. Di pulau ini juga terdapat beberapa penginapan losmen yang sebagian tidak memiliki nomor telepon. Untuk menginap, kita bisa langsung memesan penginapan secara go show. Jika penginapan sudah penuh, kita bisa meminta tolong penduduk sekitar atau pemilik hotel untuk mencarikan rumah penduduk yang bisa disewakan sebagai tempat menginap. Tarif losmen sekitar Rp 100.000 – Rp 150.000. Wisatawan memang jarang menginap di Samosir. Namun, jika bepergian secara backpacker, sesampainya di Pulau Samosir kita bisa menyewa ojek atau bermalam di sana.
Uniknya, pulau ini memiliki obyek wisata danau. Terdapat dua danau di pulau yang berada di tengah Danau Toba, yaitu Danau Sidihoni dan Aek Natonang. Selain itu, pulau ini juga menawarkan banyak keunikan budaya dan sejarah lainnya. Misalnya saja Pusuk Buhit yang dipercaya sebagai tempat asal suku Batak. Menariknya, di sini terdapat panggung batu. Untuk mendapatkan penjelasan tentang panggung batu, kita bisa menyewa penduduk sekitar sebagai pemandu. Setelah puas mendengarkan kisah tersebut, kita pun bisa berbelanja suvenir, berupa ukiran kayu dan kain tradisional di kios-kios cenderamata. Obyek wisata lain yang tidak kalah menarik adalah pemandian air panas dan Museum Adat Budaya Batak. Museum ini cukup unik karena berada di ruang terbuka dan di sana ada banyak batu peninggalan raja yang konon asal mula orang Batak. Penjaga museum pun fasih menjelaskan sejarah masa lalu. Di Pulau Samosir yang konon dikenal sebagai tempat asal mula orang Batak ini menyimpan banyak peninggalan Budaya masa lampau. Kampung Siallagan Kampung ini terletak di Desa Ambarita Pulau Samosir. Perkampungan yang mirip benteng ini lokasinya berdekatan dengan Danau Toba dan cukup banyak dikunjungi wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara.
Anda akan terkagum-kagum mengamati bagaimana perkampungan ini dikelilingi batu-batu besar disusun bertingkat secara rapi. Dulunya tembok tersebut dilengkapi bambu dan benteng ini berfungsi untuk menjaga perkampungan dari gangguan binatang buas maupun serangan suku lain. Perkampungan ini dibangun pada masa Raja Laga Siallagan. Kemudian diwariskan kepada keturunan berikutnya sampai dengan sekarang. Yang unik di sini terdapat Batu Persidangan. Dinamakan Batu Parsidangan karena memang fungsinya untuk mengadili penjahat atau pelanggar hukum adat (kasus pembunuhan, pencurian, pemerkosaan, dan lainnya) atau juga untuk musuh politik dari sang raja.
Dari kisah inilah kemudian sempat menjadi sebuah stereotipe bahwa masyarakat Batak melakukan praktek kanibalisme. Ritual ini perlahan hilang setelah agama Kristen tersebar di wilayah Samosir oleh seorang pendeta asal Jerman bernama Dr. Ingwer Ludwig Nommensen pada pertengahan abad ke-19. Raja Siallagan yang sebelumnya masih menganut agama asli Batak (Parmalim) kemudian memeluk Kristen dan tidak melanjutkan ritual kanibalisme itu lagi. Sekarang Huta Siallagan hanya berfungsi sebagai desa wisata saja untuk mengenang sejarah dan budaya salah satu suku di Tanah Batak. Pemandu wisata ke tempat ini pastinya akan menceritakan hal ini lebih terinci dan dimaksudkan sebagai pelajaran dari bentuk tradisi di zaman dahulu dan tidak ada maksud lainnya. Desa Suhi Suhi Desa Suhi Suhi berada dekat dengan pelabuhan Tomok dan kota Kabupaten Samosir, yaitu Pangururan. Untuk mencapai desa ini, dibutuhkan waktu sekitar 40 menit dari Desa Tomok atau 20 menit dari Pangururan melalui jalan darat. Tidak ada tiket masuk yang dikenakan bagi pengunjung yang ingin berwisata ke desa ini. Namun saat ini para perajin kain ulos tradisional semakin langka. Tetapi di Desa Suhi Suhi ini hampir sebagian besar perajin baik tua dan muda sedang menenun Ulos. Di Desa ini kita bisa melihat proses penenunan kain Ulos yang terbilang rumit, dan membutuhkan banyak waktu, kesabaran dan ketelitian yang tinggi. Tidak heran kalau harga yang ditawarkan bisa mulai dari Rp 250.000 sampai Rp 5.000.000. Buat pencinta kain tradisional sangat disarankan untuk datang ke desa ini. Di sini wisatawan bisa membeli Ulos sekaligus belajar cara menenun.
“Stamp Collecting” redirects here. For the defunct British magazine, see Stamp Collecting (magazine).
Stamp collecting is the collecting of postage stamps and related objects. It is related to philately, which is the study of stamps. It has been one of the world’s most popular hobbies since the late nineteenth century with the rapid growth of the postal service, as a never-ending stream of new stamps was produced by countries that sought to advertise their distinctiveness through their stamps.
Collecting
Stamp collecting is generally accepted as one of the areas that make up the wider subject of philately, which is the study of stamps. A philatelist may, but does not have to, collect stamps. It is not uncommon for the term philatelist to be used to mean a stamp collector. Many casual stamp collectors accumulate stamps for sheer enjoyment and relaxation without worrying about the tiny details. The creation of a large or comprehensive collection, however, generally requires some philatelic knowledge and will usually contain areas of philatelic studies.Postage stamps are often collected for their historical value and geographical aspects and also for the many subjects depicted on them, ranging from ships, horses, and birds to kings, queens and presidents.[2]Stamp collectors are an important source of income for some countries who create limited runs of elaborate stamps designed mainly to be bought by stamp collectors. The stamps produced by these countries may exceed their postal needs, but may also feature attractive topical designs that many collectors desire.
History
It has been suggested that John Bourke, Receiver General of Stamp Dues in Ireland, was the first collector. In 1774 he assembled a book of the existing embossed revenue stamps, ranging in value from 6 pounds to half a penny, as well as the hand stamped charge marks that were used with them. His collection is preserved in the Royal Irish Academy, Dublin.[3]Postage stamp collecting began at the same time that stamps were first issued, and by 1860 thousands of collectors and stamp dealers were appearing around the world as this new study and hobby spread across Europe, European colonies, the United States and other parts of the world.The first postage stamp, the Penny Black, was issued by Britain in May 1840 and pictured a young Queen Victoria. It was produced without perforations (imperforate) and consequently had to be cut from the sheet with scissors in order to be used. While unused examples of the Penny Black are quite scarce, used examples are quite common, and may be purchased for $20 to $200, depending upon condition.People started to collect stamps almost immediately. One of the earliest and most notable was John Edward Gray. In 1862, Gray stated that he “began to collect postage stamps shortly after the system was established and before it had become a rage”.Women stamp collectors date from the earliest days of postage stamp collecting. One of the earliest was Adelaide Lucy Fenton who wrote articles in the 1860s for the journal The Philatelist under the name Herbert Camoens.As the hobby and study of stamps began to grow, stamp albums and stamp related literature began to surface, and by the early 1880s publishers like Stanley Gibbons made a business out of this advent.Children and teenagers were early collectors of stamps in the 1860s and 1870s. Many adults dismissed it as a childish pursuit but later many of those same collectors, as adults, began to systematically study the available postage stamps and publish books about them. Some stamps, such as the triangular issues of the Cape of Good Hope, have become legendary.Stamp collecting is a less popular hobby in the early 21st century than it was a hundred years ago. In 2013, the Wall Street Journal estimated the global number of stamp collectors was around 60 million.Tens of thousands of stamp dealers supply them with stamps along with stamp albums, catalogues and other publications. There are also thousands of stamp (philatelic) clubs and organizations that provide them with the history and other aspects of stamps. Today, though the number of collectors is somewhat less, stamp collecting is still one of the world’s most popular indoor hobbies.
Equipment
A few basic items of equipment are recommended for proper stamp collection. Stamp tongs help to handle stamps safely, a magnifying glass helps in viewing fine details and an album is a convenient way to store stamps. The stamps need to be attached to the pages of the album in some way, and stamp hinges are a cheap and simple way to do this. However, hinging stamps can damage them, thus reducing their value; today many collectors prefer more expensive hingeless mounts. Issued in various sizes, these are clear, chemically neutral thin plastic holders that open to receive stamps and are gummed on the back so that they stick to album pages. Another alternative is a stockbook, where the stamps drop into clear pockets without the need for a mount. Stamps should be stored away from light, heat and moisture or they will be damaged.Stamps can be displayed according to the collector’s wishes, by country, topic, or even by size, which can create a display pleasing to the eye. There are no rules and it is entirely a matter for the individual collector to decide. Albums can be commercially purchased, downloaded or created by the collector. In the latter cases, using acid free paper provides better long-term stamp protection.
A stockbook with clear plastic pockets is one of the safest ways to store stamps. Some collectors prefer a traditional stamp album.
Clockwise from top left: hinge-mounted stamp, stamp about to be hinge-mounted, stamp damaged by a hinge, stamp hinges.
Stamp tongs with rounded tips help to prevent damage to stamps from skin oils and rough handling
Acquiring stamps
Many collectors ask their family and friends to save stamps for them from their mail. Although the stamps received by major businesses and those kept by elderly relatives may be of international and historical interest, the stamps received from family members are often of the definitive sort. Definitives seem mundane but, considering their variety of colours, watermarks, paper differences, perforations and printing errors, they can fill many pages in a collection.[8] Introducing either variety or specific focus to a collection can require the purchasing of stamps, either from a dealer or online. Online stamp collector clubs often contain a platform for buying/selling and trading.[9] Large numbers of relatively recent stamps, often still attached to fragments or envelopes, may be obtained cheaply and easily. Rare and old stamps can also be obtained, but these can be very expensive.Duplicate stamps are those a collector already has and are not required, therefore, to fill a gap in a collection. Duplicate stamps can be sold or traded, so they are an important medium of exchange among collectors.Many dealers sell stamps through the Internet while others have neighborhood shops which are among the best resources for beginning and intermediate collectors. Some dealers also jointly set up week-end stamp markets called “bourses” that move around a region from week to week. They also meet collectors at regional exhibitions and stamp shows.
Collecting specialties
A worldwide collection would be enormous, running to thousands of volumes, and would be incredibly expensive to acquire. Many consider that Count Philipp von Ferrary‘s collection at the beginning of the 20th century was the most complete ever formed. Many collectors limit their collecting to particular countries, certain time periods or particular subjects (called “topicals”) like birds or aircraft.
Some of the more popular collecting areas include:
Postage stamps – particular countries and/or time periods
Airmail stamps – stamps may be required for airmail, which is typically more expensive and has special postage rates.Commemorative stamps – stamps to commemorate events, anniversaries, etc., on sale for a limited time.Definitive stamps – the most common type of stampsPostage due stamps are special stamps applied by a post office to mail bearing insufficient postage. The stamps were issued in several denominations to make up different amounts due.
Topical stamp collecting – many collectors choose to organize their philatelic collection on the theme of the stamps, covers, or postmarks. Popular topical themes are animals, dogs, cats, butterflies, birds, flowers, art, sports, Olympics, maps, Disney, scouting, space, ships, Americana (topics relating to the US), stamps on stamps, famous people, chess, Chinese new year, and many others.
Sheetlets – this is a format that is now issued regularly by postal administrations. Instead of issuing stamps in large sheets of 40, 100 or even 200 stamps, smaller sheetlets with 20 to 24 stamps are issued with a large selvedge area which may incorporate part of the stamp design or theme.
Souvenir sheets – many postal services sometimes release stamps in a format that look like a sheet with a big picture. Various parts of the picture can be torn out and used as postage stamps. See example with 10 stamps in one picture. (Souvenir sheets should be distinguished from souvenir cards, which are souvenirs of a philatelic meeting or exhibition but are not valid for postage.)
Miniature sheet – is very similar to a souvenir sheet, being in a sheetlet with a single or a number of stamps embedded in it.
Corner blocks or plate blocks – compose a block of stamps from one of the four corners of the stamp sheet. Collectors usually opt for a block of four stamps, complete with the selvage area which will sometimes have the printing details on it.
Coil strips – Pairs or more of stamps from rolls, premium ones showing the plate number or a coil line pair which shows the seam between the edges of the plate.
Federal Duck Stamps (stamps for duck hunting licenses, mainly U.S. with some other countries such as Canada and New Zealand)
First day cover (FDCs) – envelopes with stamps attached and canceled on the first day that the stamp was issued. Most modern FDCs bear designs, called “cachets“, related to the theme of the stamp issued.
Maximum cards – these are postcards where the stamp is on the same side as the picture and they have a close connection.
Souvenir pages – with first day canceled stamps on a page describing all design, printing and issuing details. These are similar to first day covers except that they are issued as printed sheets of paper instead of envelopes, and the specification of the stamp is printed by the official source.
Cinderella stamps – stamp-like labels that are not valid for postage.
There are thousands of organizations for collectors: local stamp clubs, special-interest groups, and national organizations. Most nations have a national collectors’ organization, such as the American Philatelic Society in the United States. The Internet has greatly expanded the availability of information and made it easier to obtain stamps and other philatelic material. The American Topical Association (ATA) is now a part of the APS and promotes thematic collecting as well as encouraging sub-groups of numerous topics.Stamp clubs and philatelic societies can add a social aspect to stamp collecting and provide a forum where novices can meet experienced collectors. Although such organizations are often advertised in stamp magazines and online, the relatively small number of collectors – especially outside urban areas – means that a club may be difficult to set up and sustain. The Internet partially solves this problem, as the association of collectors online is not limited by geographical distance. For this reason, many highly specific stamp clubs have been established on the Web, with international membership.[10]Organizations such as the Cinderella Stamp Club (UK) retain hundreds of members interested in a specific aspect of collecting. Social organizations, such as the Lions Club and Rotary International, have also formed stamp collecting groups specific to those stamps that are issued from many countries worldwide that display the organization’s logo.
Rare stamps
Main article: List of notable postage stampsRare stamps are often old and many have interesting stories attached to them. Some include:
The United States “Inverted Jenny” (which is actually a printing error)
The Three-Skilling Yellow of Sweden was sold for CHF 2.88 million (then about $2,300,000) in 1996 and again for an undisclosed amount in 2010.David Feldman sold this Blue Mauritius stamp for CHF 1,610,000 (approx. $1.1 million) in 1993. One of the first two Mauritius Post Office stamps. This orange stamp was sold for CHF1,725,000 (approx $1.2 million) in 1993.
Catalogues
Main article: Stamp catalogueStamp catalogues are the primary tool used by serious collectors to organize their collections, and for the identification and valuation of stamps. Most stamp shops have stamp catalogues available for purchase. A few catalogues are offered on-line, either free or for a fee. There are hundreds of different catalogues, most specializing in particular countries or periods. Collector clubs tend to provide free catalogues to their members.
Notable collectors
The stamp collection assembled by French-Austrian aristocrat Philipp von Ferrary (1850–1917) at the beginning of the 20th century is widely considered the most complete stamp collection ever formed (or likely to be formed). It included, for example, all of the rare stamps described above that had been issued by 1917. However, as Ferrary was an Austrian citizen, the collection was broken up and sold by the French government after the First World War, as war reparations. A close rival was Thomas Tapling (1855–1891), whose Tapling Collection was donated to the British Museum.Several European monarchs were keen stamp collectors, including King George V of the United Kingdom and King Carol II of Romania. King George V possessed one of the most valuable stamp collections in the world and became President of the Royal Philatelic Society. His collection was passed on to Queen Elizabeth II who, while not a serious philatelist, has a collection of British and Commonwealth first day covers which she started in 1952.[13]U.S. President Franklin Delano Roosevelt was a stamp collector; he designed several American commemorative stamps during his term.[14] Late in life Ayn Rand renewed her childhood interest in stamps and became an enthusiastic collector.[15] Several entertainment and sport personalities have been known to be collectors. Freddie Mercury, lead singer of the band Queen, collected stamps as a child. His childhood stamp album is in the collection of the British Postal Museum & Archive.John Lennon of The Beatles was a childhood stamp collector. His stamp album is held by the National Postal Museum.[17]Former world chess championAnatoly Karpov has amassed a huge stamp collection over the decades, led by stamps from Belgium and Belgian Congo, that has been estimated to be worth $15 million.
Mendoan (Hanacaraka: ꦩꦼꦤ꧀ꦢꦺꦴꦮꦤ꧀ , Dialek Banyumas: Mendoan, Mataraman dan Semarangan: Mendhoan) adalah makanan sejenis gorengan yang berasal dari wilayah Karesidenan Banyumas di Provinsi Jawa Tengah. Kata Mendoan dianggap berasal dari Bahasa Banyumasan yaitu mendo yang berarti setengah matang atau lembek. Mendoan berarti memasak dengan minyak panas yang banyak dengan cepat sehingga masakan tidak matang benar. Bahan makanan yang paling sering dibuat Mendoan adalah tempe dan tahu.
Penyajian
Mendoan tidak mudah untuk dibuat karena ketahanan tempenya berbeda dengan tempa-tempe pada umumnya. Mendoan akan berasa asam ketika diletakan pada ruangan dengan temperatur di atas suhu kamar, akan lebih baik jika menyimpan mendoan ditempat dengan temperatur rendah. Mendoan tempe disajikan dalam keadaan panas disertai dengan cabe rawit atau sambal kecap. Mendoan tempe dapat dijadikan sebagai lauk makan ataupun makanan ringan untuk menemani minum teh atau kopi saat santai.Mendoan tempe mudah ditemui di warung-warung tradisional di wilayah eks karesidenan Banyumas semisal Purbalingga, Cilacap , Banjarnegara dan Tegal. Untuk wilayah Banyumas, para pelancong membeli oleh-oleh mendoan tempe di daerah Sawangan, Purwokerto, yang merupakan pusat jajanan khas Purwokerto. Rasa yang unik membuat makanan ini menyebar hingga ke luar daerah Banyumas. Tempe Mendoan dapat ditemui di kota-kota besar Jawa Tengah, Yogyakarta bahkan hingga ke Jakarta.Di kota-kota lain di Jawa Tengah seperti Semarang, Mendoan lebih merujuk ke tempe goreng tepung, atau di daerah lain seperti di Kabupaten Wonosobo disebut Tempe kemul, di mana tempe yang berbentuk tipis itu hanya irisan. Hal ini sedikit menimbulkan kerancuan, terutama bagi pendatang dari Jawa Tengah bagian barat. Mendoan Purwokerto berbeda dengan mendoan dari beberapa kota di wilayah jawa tengah, lebih terasa basah minyaknya. Mendoan khas Purwokerto lebih nikmat apabila di sajikan dalam keadaan hangat utamanya dimakan sambil menyeduh teh atau kopi hangat. Makanan ini dapat dibuat tanpa memperhatikan besarnya tempe atau banyaknya tepung. Mendoan tanpa tempe atau mendoan dari bekas sisa tepung juga nikmat disantap. Berikut adalah resep sederhana tempe mendoan….
Bahan-bahan
1/2 papan tempe, iris tipis
🥣 bumbu rendaman tempe
4 siung bawang putih
1 ruas kecil kunyit
1 sdm ketumbar biji
1 sdt garam
1sdt kaldu bubuk
Langkah
Iris tipis tempe, sisihkan. ulek bumbu rendaman sampai halus. kemudian tambah air sedikit, masukkan tempe dalam bumbu rendam sebentar sampai kira2 bumbu meresap
Untuk adonan, campur terigu daun bawang dan sedikit air aduk hingga kental, masukkan juga garam lada kaldu sedikit saja, tambah air lagi agak tidak terlalu kental, aduk rata.
Sebagai pelengkap, iris rawit 8 buah, siram minyak panas, lalu campurkan saus sambal 2sdm aduk rata. dijamin makin sedap untuk cocolan. 😀